• MMI-Istoran Senayan-2010
  • KMMI-Istoran Senayan-2009
  • Konfrensi-Khilafah-GBK-2007

Khilafah dan Syariah: Not Action Talk Only!

Sering banget ketika kita mempromosikan Khilafah dan Syariah lantas ada beberapa orang sirik dan panas kupingnya lalu bilang “Mas, jangan NATO dong, Not Action Talk Only”katanya “Ngomong doang, apa aksi nyatanya?!”
Maka ada beberapa yang harus diluruskan:

1. Seinget saya, dulu guru Bahasa Indonesia ngajarin kalo “Ngomong” itu adalah aktivitas, termasuk kata kerja kayaknya deh, jadi talks action, bahasa arabnya FI’IL (baru belajar kemaren) heheh…

2. Namanya dakwah itu ya ngomong, asal katanya aja da’a-yad’uu-dakwatan artinya menyeru, berarti ya ngomong, bukan gebukin orang hehehe…

3. Dalam beberapa hal, kita memang cuma bisa ngomong, karena Rasul pun mencontohkan begitu. Misal, ketika Rasul menjelaskan surga dan neraka, apa Rasul bawa mereka tour atau studi banding ke surga dan neraka? ya nggak lah.. Rasul Muhammad saw cuma ngomong kan.. apa itu berarti Rasul cuma NATO? ya nggak lah..

4. Dalam banyak hal, kadang2 kita cuma bisa membatasi aktivitas pada ngomong, jadi nggak boleh aktivitas. Misal: menasehati orang judi nggak boleh kita aktivitas ikut judi. Menasehati orang supaya jadi Islam berarti jangan ikut2an aktivitas murtadnya. Menasehati orang ikut2an sistem demokrasi juga gak boleh sampe ikut2an maksiat demokrasi.
betul atau bener? Jadi kalo nggak ikut sistem kufur dibilang NATO, mendingan gitu aja deh.. daripada ikutan maksiat. najis.

5. Terakhir sy cuma mau kasitau bahwa pendakwah memang banyak ngomongnya. Kalo dikit ngomongnya banyak gerak, itu orang2 pacaran (wkwkwk… poin terakhir diabaikan aja, bukan dalil, guyonan only)
hehehee… damai selalu all
 
Felix Siauw – Bakul Ngomong karena Ngomong adalah Action
follow me @felixsiauw
read more →

KISAH NYATA ARIF SI NARAPIDANA CILIK YANG CERDAS

Terus terang, meski sudah beberapa kali mengadakan penelitian Kriminal di LP, pengalaman kali ini adalah pengalaman pertama saya ngobrol langsung dengan seseorang yang didakwa kasus pembunuhan berencana.

Dengan jantung dag dig dug, pikiran saya melayang-layangmengira-ngira gambaran orang yang akan saya temui. Sudah terbayang muka keji Hanibal Lecter, juga penjahat-penjahat berjenggot palsu ala sinetron, dan gambaran-gambaran pembunuh berdarah dingin lain yang sering saya temui di cerita TV.

Well, akhirnya setelah menunggu sekian lama berharap-harap cemas, salah satu sipir membawa seorang anak kehadapan saya.Yup, benar seorang anak berumur 8 tahun. Tingginya tidak lebih dari pinggang orang dewasa dengan wajah yang diliputi senyum malu-malu. Matanya teduh dengan gerak-gerik yang sopan.

Saya pun membaca berkas kasusnya yang diserahkan oleh sipir itu. Sebelum masuk penjara ternyata ia adalah juara kelas di sekolahnya, juara menggambar, jago bermain suling, juara mengaji dan adzan di tingkat anak-anak.

Kemampuan berhitungnya lumayan menonjol. Bahkan dari balik sekolah di dalam penjara pun nilai sekolahnya tercatat kedua terbesar tingkat provinsi. Lantas kenapa ia sampai membunuh? Dengan rencana pula?

Kasus ini terjadi ketika Arif sebut saja nama anak ini begitu, belum genap berusia tujuh tahun. Ayahnya yang berdagang di sebuah pasar di daerah bekasi, dihabisi kepala preman yang menguasai daerah itu. Latar belakangnya karena si ayah enggan membayar uang 'keamanan' yang begitu tinggi.

Berita ini rupanya sampai di telinga Arif. Malam esok harinya setelah ayahnya dikebumikan ia mendatangi tempat mangkal preman tersebut. Bermodalkan pisau dapur ia menantang orang yang membunuh ayahnya.

"Siapa yang bunuh ayah saya!" teriaknya kepada orang yang ada di tempat itu.

"Gue terus kenapa?" ujar kepala preman yang membunuh ayahnya sambil disambut gelak tawa di belakangnya.

Tanpa banyak bicara anak kecil itu sambil melompat menghunuskan pisau ke perut si preman. Dan tepat mengenai ulu hatinya, pria berbadan besar itu jatuh tersungkur ke tanah. Arif pun langsung lari pulang ke rumah setelahnya. Akhirnya selesai sholat subuh esok paginya ia digelandang ke kantor polisi.

"Arif nih sering bikin repot petugas di Lapas!" ujar kepala lapas yang ikut menemani saya mewawancarai arif sambil tersenyum. Ternyata sejak di penjara dua tahun lalu. Anak ini sudah tiga kali melarikan diri dari selnya. Dan caranya pun menurut saya tergolong ajaib.

Pelarian pertama dilakukannya dengan cara yang tak terpikirkan siapapun. Setiap pagi sampah-sampah dari Lapas itu di jemput oleh mobil kebersihan. Sadar akan hal ini, diam-diam Arif menyelinap ke dalam salah satu kantung sampah. Hasilnya 1-0 untuk Arif. Ia berhasil keluar dari penjara.

Pelarian kedua lebih kreatif lagi. Anak yang doyan baca ini pernah membaca artikel tentang fermentasi makanan tape (ingat lho waktu wawancara usianya baru 8 tahun). Dari situ ia mendapat informasi bahwa tape mengandung udara panas yang bersifat destruktif terhadap benda keras.

Kebetulan pula di Lapas anak ini disediakan tape uli dua kali dalam seminggu. Setiap disediakan tape, arif selalu berpuasa karena jatah tape itu dibalurkannya ke dinding tembok sel tahanannya. Hasilnya setelah empat bulan, tembok penjara itu menjadi lunak seperti tanah liat. Satu buah lubang berhasil dibuatnya. 2-0 untuk arif. Ia keluar penjara ke dua kalinya.

Pelarian ke tiganya dilakukan ala Mission Imposible. Arif yang ditugasi membersihkan kamar mandi melihat ember sebagai sebuah solusi. Besi yang berfungsi sebagai pegangan ember itu di simpan di dalam kamarnya. Tahu bahwa dirinya sudah diawasi sangat ketat, Arif memilih tempat persembunyian paling aman sebelum memutuskan untuk kabur.

Ruang kepala Lapas menjadi pilihannya. Alasannya jelas, karena tidak pernah satu pun penjaga berani memeriksa ruang ini. Ketika tengah malam ia menyelinap keluar dengan menggunakan besi pegangan ember untuk membuka pintu dan gembok. Jangan Tanya saya bagaimana caranya, pokoknya tahu-tahu ia sudah di luar. 3-0 untuk Arif.

Lantas kenapa ia bisa tertangkap lagi? Rupanya kepintaran itu masih berada di sebuah kepala bocah. Pelarian-pelariannya didorong dari rasa kangennya terhadap ibunya. Anak ini keluar dari penjara hanya untuk ke rumah sang ibunda tercinta. Jadi dari Lapas tanggerang ia menumpang-numpang mobil Omprengan dan juga berjalan kaki sekian kilometer dengan satu tujuan, pulang!

Karena itu pula pada pelarian Arif yang ketiga, kepala Lapas yang juga seorang ibu ini meminta anak buahnya untuk tidak segera menjemput Arif. Hasilnya dua hari kemudian Arif kembali lagi ke lapas sambil membawa surat untuk kepala Lapas yang ditulisnya sendiri.

*Ibu kepala Arif minta maaf, tapi Arif kangen sama ibu Arif.* Tulisnya singkat.

Seorang anak cerdas yang harus terkurung dipenjara. Tapi, saya tidak lantas berpikir bahwa ia tidak benar-benar bersalah dan harus dibebaskan. Bagaimanapun juga ia telah menghilangkan nyawa seseorang. Tapi saya hanya berandai-andai jika saja, kebijakan bertindak cepat menangkap pembunuh si ayah (secepat polisi menangkap si Arif) pastinya saat ini anak pintar dan rajin itu tidak akan berada di tempat seperti ini. Dan kreativitasnya yang tinggi itu bisa berguna untuk hal yang lain.

Sayangnya si Arif itu cuma anak pedagang sayur miskin sementara si preman yang dibunuhnya selalu setia menyetor kepada pihak berwajib setempat. Itulah yang namanya keadilan di negeri ini!

Semoga bermanfaat bagi yang membacanya .....
Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah semua kebaikan .

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

read more →

Demokrasi Salah Satu Jalan Setan!


“Demokrasi : Sumber Kerusakan”
Oleh : Adi Victoria
Peneliti CIIA (The Community of Ideological Islamic Analisyst).

“Demokrasi salah satu jalan setan!” Ungkap Kyai Ahmad Zaenuddin Qh, Pimpinan Ponpes Al Husna Cikampek dalam Tabligh Akbar: Demokrasi Biang Masalah, Khilafah Islam Solusinya, Ahad (27/1) di Masjid Besar Asy-Syuhada, Cikampek, Jawa Barat.
Asal Mula Ide Demokrasi, Buah Dari Aqidah Sekulerisme
Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani kuno, yang dicetuskan di Athena pada abad ke-5 sebelum Masehi. Demos berarti rakyat, dan Cratos/Kratien/Kratia artinya kekuasaan/berkuasa/pemerintahan, sehingga demokrasi bisa diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Adapun aqidah sekulerisme lahir sesudah abad ke 14 masehi. Ada yang kemudian bertanya ketika melihat fakta tersebut “bukankah sangat tidak mungkin ibu (demokrasi) lahir dari anak (sekulerisme), Jika demikian, bagaimana menjelaskan bahwa demokrasi lahir dari aqidah sekulerisme?”
Memang benar Demokrasi itu lahir lebih awal, yaitu pada abad ke 5 SM. Sementara Sekulerisme lahir sesudah abad ke 14 M. Namun dalam sejarah, Demokrasi itu ternyata sudah masuk liang kubur, karena tidak bertahan lama setelah kelahirannya.
Ini dibuktikan bahwa setelah negara kota Athena, tidak ditemukan lagi satu negarapun yang menerapkan sistem ini. Sebagai gantinya, muncullah pemerintahan monarchi yang berkolaborasi dengan Gereja, yang disebut dengan Theokrasi atau yang juga disebut dengan negara agama.
Konsep theokrasi kemudian menimbulkan pergolakan karena adanya dua kubu, kubu pertama yaitu tunduk kepada dominasi gereja yang dipimpin oleh para bangsawan, sedangkan kubu kedua penolakan total terhadap gereja yakni Agama Katolik yang dimpin oleh para kaum borjouis dan filosof.
Ini terjadi karena selama dominasi gereja, telah 300 ribu ilmuan yang dibunuh, bahkan 32 ribu ilmuan dibakar hidup-hidup karena tidak sesuai dengan doktrin gereja.
Pihak pertama membela monarki absolut (kekuasaan raja) dan teokrasi (kekuasaan gereja). Mereka mengopinikan teori “kedaulatan Tuhan” dan konsep raja sebagai manusia terpilih yang menjadi perpanjangan-Nya. Dengan teori ini posisi raja dan gereja yang sudah stabil selama ratusan tahun tidak digugat.
Sebaliknya, pihak kedua menawarkan konsep sekulerisme yakni menyatakan bahwa rakyat tidak perlu terikat pada aturan gereja dalam kehidupan publik.
Selanjutnya  konsep sekulerisme ini mengeluarkan 3 teori, pertama yakni liberalisme yang menegaskan pola pikir dan pola sikap rakyat hendaknya terserah rakyat sendiri.
Kedua yakni Kapitalisme menyatakan bahwa ekonomi hendaknya tidak didominasi kerajaan. Hendaknya rakyat (termasuk di dalamnya kaum borjuis) terlibat besar dalam ekonomi, dan pemerintah hanya sebagai “wasit ekonomi” saja.
Ketiga yakni Demokrasi. Disaat aturan agama ditolak tentu manusia butuh aturan baru, disinilah kemudian Demokrasi digali kembali dari liang kuburnya setelah terkubur puluhan abad. Demokrasi menjadi pilihan ideal, karena Demokrasi itu memang sistem yang menyerahkan segala sesuatunya kepada keinginan manusia. Itulah kemudian kenapa dikatakan bahwa demokrasi lahir dari aqidah sekulerisme.
Akhirnya diambillah jalan tengah (al-hall al wasath) yang merupakan langkah pragmatis bukan hasil berfikir yang memuaskan akal dan menentramkan hati.
Ilusi Demokrasi
Sebagian besar manusia sudah terbius oleh ide demokrasi. Mereka seolah dibuai oleh janji-janji manis yang selalu “didakwahkah” oleh para pengusung demokrasi. Mereka mengira, sistem demokrasi akan membawa mereka kepada kehidupan yang lebih baik, lebih sejahtera dan lebih modern. Padahal kenyataannya tidaklah demikian.
Demokrasi yang katanya bisa menjadi ‘alat’ untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, pada faktanya juga bohong. Yang terjadi, demokrasi sering diperalat oleh kelompok elit masyarakat (elit wakil rakyat, elit parpol dan elit para pemiliki modal) untuk memperkaya diri mereka sindiri sembari melupakan bahkan menindas rakyat.
Hal tersebut wajar, karena hakikatnya dalam demokrasi tidak pernah ada yang namanya rakyat sebagai penentu keinginan.
Sejarah AS sendiri menunjukkan hal tersebut. Presiden Abraham Lincoln (1860-1865) mengatakan bahwa demokrasi adalah, “from the people, by the people, and for the people (dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat).
Namun, hanya sebelas tahun kemudian setelah Lincoln meninggal dunia, Presiden AS Rutherford B. Hayes, pada tahun 1876 mengatakan bahwa kondisi di Amerika Serikat pada tahun itu adalah from company, by company, and for company (dari perusahaan, oleh perusahaan dan untuk perusahaan).
Sejak awal kelahirannya, kedaulatan dalam demokrasi ada di tangan segelintir rakyat (bukan di tangan rakyat), yakni di tangan para pemilik modal. Hanya saja, mereka menipu rakyat dengan menggembar-gemborkan seolah-olah kedaulatan ada di tangan rakyat.
Jadi, bila perubahan yang dikehendaki adalah daulatnya rakyat maka demokrasi tidak memberikan hal itu. Yang berdaulat dan berkuasa dalam demokrasi adalah para pemilik modal.
Ada sebagian kaum muslim berkata bahwa itu adalah konsep demokrasi barat, sedangkan di dalam Islam kedaulatan berada di tangan rakyat (suara mayoritas) bukan di tangan pemilik modal.
Ini jelas pernyataan yang keliru dan menyesatkan pola berfikir umat. Bahkan bisa mengancam dan merusak aqidah umat Islam. Kenapa?
Karena jika dikatakan kedaulatan berada di tangan rakyat melalui wakil-wakil nya di sistem politik demokrasi, maka demokrasi telah merampas hak Allah swt untuk membuat hukum dan menyerahkan kepada hawa nafsu manusia.
Allah SWT berfirman :
 “Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah.” (TQS. Al An’aam: 57)
Bahkan jika seseorang secara sadar dan terang-terangan menolak satu saja hukum syariah Islam, menolak dalam arti mengingkari kewajiban akan berhukum dengan hukum Allah tersebut maka ia bisa termasuk kategori orang yang kafir.
Allah Swt berfirman:
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Dan barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir (TQS al-Maidah [5]: 44).
Status kafir atau murtad itu tidak disebabkan karena tindakannya yang tidak memutuskan perkara dengan hukum Allah, namun karena pengingkarannya terhadap suatu perkara telah dipastikan oleh al-Qur’an dan al-Sunnah.
Jika sudah pada taraf pengingkaran, masalahnya bukan sekadar pelanggaran terhadap ketetapan hukum syara’, namun sudah masuk dalam wilayah aqidah. Sementara aqidah inilah yang menjadi pembeda antara orang mukmin dengan orang kafir.
Syekh Taqiyuddin al-Nabhani dan Abdul Qadim Zallum dalam Nidzâm al-Hukm fî al-Islâm menuturkan:
وقد أمر الله السلطان والحاكم أن يحكم بما أنزل الله على رسوله, وجعل من يحكم بما بغير ما أنزل الله كافرا إن اعتقد به, أو اعتقد بعدم صلاحية ما أنزل الله على رسوله, وجعل عاصيا وفاسقا وظالما إن حكم به ولم يعتقده
Dan sungguh Allah telah memerintahkan sultan dan penguasa untuk berhukm dengan apa yang Allah Swt turunkan kepada rasul-Nya; dan menjadikan orang yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan sebagai orang kafir jika dia meyakininya, atau menyikini tidak layaknya apa yang Allah turunkan; dan menjadikannya sebagai orang yang maksiat, fasik, dan dzalim, jika berhukum dengan (selain apa yang Allah turunkan) dan tidak meyakininya.
Disamping itu, walaupun negara yang menganut sistem demokrasi memberikan tempat bagi kelompok yang menyuarakan syariah Islam, namun demokrasi tidak memberikan tempat agar syariah Islam tersebut dapat diterapkan.
Hal ini karena demokrasi telah menetapkan dengan garis tegas bahwa agama tidak boleh terlibat dalam mengatur masalah publik.
Kebebasan didalam Ide Demokrasi
Demokrasi tidak bisa dilepaskan dari ide liberalisme/al-hurriyah (kebebasan), sebab kebebasan merupakan prasyarat agar rakyat dapat melaksanakan kedudukannya sebagai sumber kedaulatan dan sumber kekuasaan.
Kebebasan harus diwujudkan bagi setiap individu rakyat. Dengan itu, mereka dapat melaksanakan kedaulatannya dan menjalankannya sendiri, serta melaksanakan haknya dengan sebebas-bebasnya tanpa ada tekanan atau paksaan.
Karena pemilik kedaulatan adalah manusia maka manusia memiliki kebebasan dalam segala hal. Kebebasan itu tidak boleh dilanggar dan harus dijamin keberadaan dan pengekspresiannya.
Paham kebebasan (liberalisme) yang menjadi salah satu pilar sistem sekuler demokrasi menjadikan pengaturan urusan manusia harus menjamin kebebasan manusia. Peraturan dan kebijakan politik yang dikeluarkan tidak boleh melanggar kebebasan ini. Lahirlah peraturan dan kebijakan yang bersifat permisif.
Ide ini telah membawa bencana paling mengerikan yang menimpa seluruh umat manusia. Ide ini telah mengakibatkan berbagai malapetaka global serta memerosotkan harkat dan martabat masyarakat di negara-negara penganut demokrasi sampai ke derajat yang lebih hina daripada derajat segerombolan binatang.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh kebebasan ide demokrasi bisa kita urai sebagai berikut :
a. Kebebasan beragama/Aqidah (freedom of religion)
Dalam demokrasi, seseorang bebas untuk beragama ataupun tidak beragama (atheis). Mereka juga bebas untuk berpindah-pindah agama (baca : murtad), tentu hal semacam ini adalah kebebasan yang kebablasan, aqidah atau agama seolah menjadi sesuatu yang tidak prinsip sehingga seolah menjadi permainan.
Ini terjadi karena dalam demokrasi bahwa semua agama itu sama sehingga manusia tidak boleh dibeda-bedakan atas dasar agamanya.
Dengan pandangan yang rusak ini, mengakibatkan perilaku yang menyimpang bagi sebagian kaum muslim, misalnya wanita muslimah tidak merasa berdosa ketika menikah dengan laki-laki kafir dengan alasan persamaan agama (semua agama itu sama,red)
b. Kebebasan berpendapat (fredom of speech)
Di Belanda, tahun 2004, Theo van Gogh membuat film yang melecehkan Islam. Masih di Belanda, Geert Wilders, anggota Parlemen Belanda dari Partai Kebebasan, juga menghina Islam melalui berbagai pernyataan, tulisan dan film yang dibuatnya.
Kita tentu juga masih ingat ketika surat kabar Jyland Posten  memuat  kartun Nabi diterbitkan pada 30 September 2005. Jyllands Posten adalah surat kabar terbesar di Denmark. Gambar kartun nabi Muhammad saw tersebut di buat oleh Kurt Westergaard. 2 tahun kemudian yakni tahun 2007, muncul kartunis lain dari Negara Swedia yakni Lars Vilks menggambar nabi Muhammad saw sebagai satwa haram.Kemudian setelahnya muncul film Innocence of Muslims, sebuah video yang di buat oleh Sam Bacile.
Terkait film Innocence of Muslims, Amerika Serikat sebagai pengusung utama ide demokrasi,  walaupun mereka mengecam pembuatan video tersebut dan mengatakan bahwa video tersebut tidak ada hubungannya dengan Negara Amerika, namun yang aneh adalah ketika menteri luar negerinya Hilary Clinton berkata :
“Bahkan kalaupun mungkin, negara kami punya tradisi panjang kebebasan berekspresi yang dilindungi dalam konstitusi dan hukum kami, dan kami tidak bisa menghentikan setiap warga negara yang mengekspresikan pandangan mereka sekalipun itu tidak disukai," imbuhnya.
Di Amerika Serikat, dua tahun lalu, dalam rangka peringatan tragedi WTC 9/11, sekte kecil agama Kristen di Florida, pimpinan Pastor Terry Jones dari Gereja World Outreach Center, membakar al-Quran. Sementara itu di bulan Oktober lalu film kartun South Park juga menampilkan sosok Nabi saw dalam salah satu episodenya.
Ironinya, semua serangan terhadap Islam dan kaum Muslim di Barat terjadi dengan alasan demokrasi dan kebebasan. Contoh, editor Charlie Hebdo, Stephane Charbonnier mengatakan,
“Kami pikir mungkin akan ada rasa hormat yang lebih untuk pekerjaan satir kami, hak kami untuk mengejek. Kebebasan untuk memiliki tawa yang baik adalah sama pentingnya dengan kebebasan berbicara.” .
Semua itu menampakkan dengan jelas kepada kita bahwa demokrasi selalu menerapkan standar ganda, khususnya untuk Islam dan kaum Muslim. Dengan dalih kebebasan, Barat beramai-ramai melecehkan ajaran Islam dan menghina Rasulullah saw.
Di sisi lain, mereka melarang tulisan atau propaganda yang menyerang Yahudi dan Israel dengan dalih anti-Semit. Jika terkait Islam dan kaum Muslim, maka demokrasi dan kebebasan berpendapat bahkan kebebasan beragama, tiba-tiba saja menjadi tidak ada.
c. Kebebasan kepemilikan (freedom of ownership)
Ide kebebasan kepemilikan yang dijadikan sebagai tolok ukur perbuatan, mengakibatkan lahirnya para kapitalis yang membutuhkan bahan-bahan mentah untuk menjalankan industrinya dan membutuhkan pasar-pasar konsumtif untuk memasarkan produk-produk industrinya.
Hal inilah yang telah mendorong negara-negara kapitalis untuk bersaing satu sama lain guna menjajah bangsa-bangsa yang terbelakang, menguasai harta benda mereka, memonopoli kekayaan alam mereka, sekaligus menghisap darah mereka dengan cara yang sangat bertolak belakang dengan seluruh nilai-nilai agama, akhlak dan kemanusiaan.
Hal ini bisa kita lihat dari salah satu alasan kenapa Perancis menyerang negara Mali di Afrika adalah karena faktor ekonomi yakni kekayaan negara Mali.
Mali adalah negeri yang kaya bahan tambang berupa emas, phospat, kaolin, bauksit, besi, uranium dan banyak lainnya.  Tidak mengherankan kalau Eropa khususnya Perancis dan Amerika saling berebut kekayaan alam Mali.
Perancis sendiri sangat membutuhkan Mali, sebagai negara penghasil uranium di Afrika Barat. Dua pertiga listrik Prancis berasal dari tenaga nuklir, memerlukan impor uranium yang signifikan dari negara tetangga Niger. Sebagai produsen emas ketiga terbesar di Afrika Mali juga sangat menggiurkan.
Keserakahan dan kerakusan negara-negara kapitalis yang luar biasa, telah mengakibatkan berkobarnya bencana dan peperangan di antara bangsa terjajah. Dengan begitu, negara-negara kapitalis tersebut dapat menjajakan produk-produk industrinya, sekaligus mengembangkan industri militernya yang bisa menghasilkan keuntungan besar.
d. Kebebasan bertingkah laku (personal freedom)
Kebebasan berperilaku, juga telah menjadikan perempuan sebagai ajang eksploitasi kapitalisme melalui perhelatan Miss Universe, Miss World dan sejenisnya. Perempuan hanya dianggap sebagai komoditas dagang dan pemuas nafsu laki-laki semata.
Kebebasan semacam ini sama artinya dengan meligitimasi kemaksiatan. pacaran misalnya, merupakan kebebasan berperilaku yang harus dilindungi hak nya, bahkan ada sebagian orang tua yang malu jika anak nya belum punya pacar.
Kebebasan ini juga melahirkan perilaku seks yang menyimpang, kita bisa melihat bagaimana sekarang manusia sudah tidak malu lagi memperkenalkan dirinya dihadapan umum sebagai pasangan homo/lesbi dan juga waria yang merupakan perilaku lebih rendah dari binatang.
Liberalisme sama dengan binatang, bahkan lebih rendah dan hina. Bagaimana Liberal tidak lebih rendah dan hina daripada binatang ?
Seekor ayam saja yang tidak berakal mengetahui bahwa jantan tidak boleh mengawini jantan dan betina tidak boleh mengawini betina, lalu ada manusia Liberal yang katanya berakal cerdas dan tinggi pula pendidikannya hingga “bergelar profesor doktor” tidak paham soal sesederhana itu, sehingga ia menghalalkan homosexual dan lesbianisme.
Bahkan gilanya, Dewan HAM PBB melegalkan Homosex dan Lesbi sebagai Hak Asasi Manusia (HAM).
Kebebasan berperilaku juga menyuburkan kejahatan tindakan asusila. Harian The Guardian (10/1) menambahkan potret rusak negara kampiun demokrasi Inggris. Berdasarkan sebuah studi dilaporkan hampir satu dari lima wanita di Inggris dan Wales menjadi korban serangan seksual sejak berusia 16 tahun.
Studi ini juga menunjukkan ada sekitar 473 ribu orang dewasa yang menjadi korban kejahatan seksual setiap tahun, termasuk di dalamnya ada 60 ribu sampai 95 ribu korban perkosaan.
Kondisi yang sama terjadi di negara demokratis lain di luar Amerika dan Eropa, seperti India. Negara ini tergoncang dengan meninggalnya mahasiswi kedokteran India berusia 23 tahun yang menjadi korban dari serangan pemerkosaan brutal  (16/12) oleh enam orang laki-laki di dalam bis di New Delhi.
Demokrasi, Cacat Sejak lahir
Segala kerusakan yang dibawa oleh sistem demokrasi itu sebenarnya tidak lepas dari sejarah kemunculannya yang memang sudah cacat sejak lahir. Aqidah sekulerisme yang melahirkan demokrasi merupakan aqidah hasil jalan tengah atau kompromi.
Karena itu, sudah saatnya umat islam mulai sekarang segera mencampakkannya. Kaum Muslim harus kembali pada sistem Islam, kembali pada syariah, kembali dalam naungan Khilafah Islamiyah; sebagaimana selama berabad-abad pernah dialami oleh generasi kaum Muslim terdahulu. Hanya dengan itulah, kemuliaan kaum Muslim di dunia maupun di akhirat bisa diraih. Wallahu A’lam bisshowab. (http://www.voa-islam.com).
read more →

Kebijakan Mursi Terhadap Jalur Gaza Tidak Berbeda Dari Kebijakan Mubarak





Syabab.Com - Setelah revolusi Mesir dan berkuasanya calon dari Ikhwanul Muslimin, kebanyakan orang percaya bahwa masalah-masalah di Jalur Gaza akan berubah, blokade akan pecah, penyeberangan Rafah akan membuka pintunya untuk semua jenis barang, serta angkatan bersenjata Mesir akan mendukung pasukan Hamas di Jalur Gaza untuk menghadapi musuh bersama ( Israel), dan seterusnya.
Namun yang terjadi justru berbalik seratus delapan puluh derajat dari apa yang diperkirakan, blokade di Jalur Gaza masih ada, dan penyeberangan Rafah masih secara khusus mengekspresikan aspek kemanusiaan dan propaganda kebijakan, serta intelijen Mesir yang masih bertanggung jawab untuk itu, bukan pemerintah atau presiden.
Adapun yang baru, yang mengejutkan rakyat Gaza adalah membanjiri terowongan dengan air limbah yang menjijikkan dan membahayakan, dimana hal ini belum pernah dilakukan oleh negara Mesir di era Mubarak, yang dilakukan dengan dalih dan argumentasi palsu dan dusta, yang keluar dari lisan Asisten Presiden Mesir untuk urusan Luar Negeri Isam Haddad, yang mengatakan dengan angkuhnya bahwa “Mesir tidak akan mentolerir dengan aliran senjata selundupan dari dan ke Jalur Gaza.” Ia mengklaim bahwa hal itu “menjadi penyebab ketidakstabilan di Sinai”.
Argumen yang tidak bernilai ini telah menjadi pembenaran bagi institusi kepresidenan di Mesir dalam memutus mata pencaharian dari sekitar satu juta tujuh ratus ribu warga Palestina yang menggantungkan penghidupan mereka dari jaringan terowongan itu, dan dengannya pemerintah Mesir menambahkan blokade baru atas blokade (Israel), karena menghalangi sekitar 30% barang yang sampai ke Jalur Gaza melalui terowongan itu.
Haddad mengklaim bahwa hal itu tidak akan mempengaruhi rakyat Gaza karena “Cengkeraman Israel di Jalur Gaza berkurang secara signifikan setelah kesepakatan yang ditengahi oleh Mesir, dan mengakhiri pertempuran antara Israel dan Hamas pada bulan November.”
Ia menganggap agresi (Israel) atas Gaza sebagai pertempuran antara kedua pihak, sehingga ia mengembalikan kepada (Israel) tanggung jawab untuk menyediakan sektor bahan yang diperlukan kehidupan.
Namun, alasan sebenarnya terkait sikap Mesir melalui pemerintah Mursi ini adalah berbeda dari apa yang diklaim oleh Asisten Presiden Mursi, yaitu apa yang telah dijelaskan sebelumnya dengan mengatakan: “Mursi akan menghormati dengan sungguh-sungguh perjanjian damai dengan Israel, dan kerjasama setiap hari dengan Israel seperti biasanya, meskipun kurangnya komunikasi di tingkat presiden.”
Inilah sebabnya. Jadi, di balik tindakan membanjiri terowongan dengan air limbah adalah bentuk penghormatan Mursi yang sungguh-sungguh pada perjanjian perdamaian dengan Israel!!.
Sementara kunjungan delegasi keamanan Israel yang berturut-turut ke Kairo, melintasnya kapal perang (Israel) di Terusan Suez, yang salah satunya dan pertama kalinya mengangkat bendera (Israel), semua ini tidak lain menegaskan hubungan Mesir dan (Israel) yang sangat baik, yang merupakan perpanjangan dari hubungan serupa di era Mubarak.
Haddad telah mengungkapkan fakta ini dengan fasih bahwa “Prioritas keamanan pertama pemerintahan Mursi sekarang adalah memperkuat perbatasan kami di wilayah barat.” Dalam hal ini ia berdalih dengan adanya penyelundupan rudal anti-pesawat dan senjata anti-tank ke Mesir, katanya.
Sungguh, bahasa keamanan beraroma kebencian yang diucapkan oleh lembaga kepresidenan, dimana Muhammad Mursi sebagai presidennya, telah mengembalikan pikiran pada apa yang pernah lakukan oleh lembaga yang sama di era presiden yang digulingkan, Mubara. [kbht/htipres/syabab.com]
read more →

HOS Tjokroaminoto (1882-1934)

Khalifah adalah Milik Umat Islam Sedunia

Tanjung Priok. Mendengar nama pelabuhan yang berada di Jakarta paling utara itu tentu akan mengingatkan kaum Muslim terhadap tragedi makam Mbah Priok, seorang ulama penyebar Islam, beberapa waktu lalu yang menelan korban 144 orang luka, 3 orang tewas, dan 70 kendaraan habis dibakar.

Kaum Muslim pun kembali mengingat tragedi yang lebih dahsyat lagi yang terjadi 26 tahun lalu yakni pembantaian terhadap 400 warga termasuk Amir Biki, seorang dai penentang kedzaliman Orde Baru, oleh aparat militer pada 12 September 1984. Meskipun Panglima ABRI, saat itu, Jendral LB Moerdani menyebutkan bahwa korban tewas hanya 18 orang dan luka-luka 53 orang.

Namun adakah yang mengingat kejadian bersejarah 84 tahun lalu di Tanjung Priok? Yap, saat itu, para santri, ulama para pemimpin ormas Islam berkumpul di pelabuhan itu. Ada apa?

Mereka kumpul di sana untuk menyambut keberangkatan dua orang ulama perwakilan Nusantara untuk Kongres Khilafah di Mekah, salah seorang ulama yang diutus tersebut adalah HOS Tjokroaminoto.

Pejuang Khilafah

Kaum Muslim saat ini, sedikit sekali yang tahu bahwa ternyata Tjokroaminoto adalah seorang ulama yang menyadari bahwa kaum Muslim wajib bersatu dalam naungan Khilafah Islamiyah yang menerapkan Syariah Islam secara kaffah.

Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, begitulah nama lengkapnya. Lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 6 Agustus 1882. Ia adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama RM Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintah saat itu. Kakeknya RM Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai Bupati Ponorogo.

Meski keturunan Soesoehoenan Pakoe Boewono II, ia bukanlah seorang priyayi yang tunduk patuh pada penjajah, bukan pula penganut Islam abangan. Karena ia adalah salah seorang ulama yang peka bahwa negerinya sedang dijajah, maka pada Mei 1912, ia bergabung dengan ormas Sjarikat Islam.

Dalam wadah tersebut ia gigih melawan penjajahan Keradjaan Protestan Belanda sehingga menjadi ulama yang sangat karismatik dan berpengaruh di Nusantara.

Saat itu, Keradjaan Protestan Belanda terus berupaya memberangus setiap upaya kebangkitan kaum Muslim untuk melawan penjajahan dan membuat makar agar kaum Muslim di Nusantara semakin menjauh dari Khilafah dan merasa bukan bagian dari umat yang satu di bawah panji Laailahaillallahu Muhammadarrasulullah.

Namun, semangat Tjokroaminoto untuk membela Syariah dan Khilafah tidak pernah pudar. Maka, tatkala Khilafah Islamiyah dihancurkan Inggris, melalui konspirasi jahatnya dengan Mustafa Kemal Laknatullah pada 3 Maret 1924, dunia Islam mengalami kegoncangan.

Upaya-upaya menegakkan kembali Khilafah pun dilakukan. Tidak ketinggalan juga ulama-ulama dari Indonesia, termasuk Tjokroaminoto. Pada 1 Juni 1926, diselenggarakan Kongres Khilafah di Mekah. Saat itu Indonesia mengirimkan 2 orang utusan, yaitu HOS Tjokroaminoto (Central Sjarikat Islam) dan KH Mas Mansur (Muhammadiyah).

Penunjukan mereka ditetapkan dalam Kongres Al Islam ke-4 di Yogyakarta (21-27 Agustus 1925) dan Kongres ke-5 di Bandung (6 Februari 1926). Mereka berdua berangkat dari Tanjung Perak, Surabaya, dengan kapal Rondo dan dielu-elukan oleh masyarakat. Sesampainya di Tanjung Priok, Jakarta, banyak pemimpin Islam yang menyambut mereka, bahkan memerlukan diri datang ke pelabuhan.

Sikap itu lahir dari keyakinan bahwa Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi kaum Muslim. Umat Islam saat itu memandang Sultan Turki sebagai Khalifah. Bahkan Tjokroaminoto menyatakan bahwa khalifah bukan semata-mata untuk umat Islam di jazirah Arab, tetapi juga bagi umat Islam di Indonesia.

Ditegaskannya pula bahwa khalifah merupakan hak bersama sesama Muslim dan bukan dominasi bangsa tertentu. Lebih tegas lagi, Tjokroaminoto juga menyatakan selain dua kota suci Mekah dan Madinah, khalifah adalah milik umat Islam sedunia.

Makanya ia begitu semangat agar umat Islam di Indonesia mengutus perwakilannya ke Kongres. Tujuannya untuk “mempertoendjoekan moeka terhadap oemat Islam sedoenia”, dan “melakoekan segala oesaha jang ditimbang bergoena bagi oemat Islam di negeri kita”. Di samping itu, mencari keterangan mengenai kelanjutan pemilihan khalifah.

Ia memahami betapa vitalnya peranan khalifah bagi umat Islam. Maka, ia menganalogikan umat Islam laksana suatu tubuh. Karenanya, bila umat Islam tidak memiliki khalifah maka, “seolah-olah badan tidak berkepala”.

Namun sangat disayangkan pada Kongres Khilafah yang ke-2, saat itu Nusantara diwakili Hadji Agoes Salim (Sjarikat Islam) hasilnya sangat mengecewakan dan berdampak buruk hingga detik ini.

Pasalnya tuan rumah yakni, Raja Saud, yang merupakan antek penjajah Inggris itu, tidak menginginkan dibicarakannya masalah khilafah dalam kongres tersebut. Sehingga kongres tersebut gagal.

Penentang Penjajah

Tidak aneh bila Saud bersikap demikian, karena jauh hari sebelum Khilafah Turki Utsmani roboh, pada saat ia menjadi Wali (Gubernur) salah satu wilayah di Timur Tengah (kini wilayah tersebut disebut Kerajaan Saudi Arabia) ia bersekongkol dengan Keradjaan Protestan Inggris untuk memberontak kepada khalifah kemudian menyatakan diri sebagai raja.

Sedangkan di Indonesia, menurut sejarawan Ahmad Mansur Suryanegara, umat Islam menjadi tertindas diakibatkan kehilangan 40 kekuasaan politik Islam atau kesultanan. Dilemahkan eksistensinya dengan cara dipaksa untuk menandatangani Korte Verklaring (Perjanjian Pendek).

Sehingga, meski tetap bergelar sultan, namun tidak lagi memiliki kekuasaan politik dan kekuasaan ekonomi. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan istana, bersama kerabatnya, sultan terima gaji dari pemerintah kolonial Belanda.

Dalam kondisi sosial politik seperti itulah Tjokroaminoto bangkit membangun kesadaran umat untuk melawan penjajahan Belanda. Maka ia pun berseru:

Tidak bisa manoesia mendjadi oetama jang sesoenggoeh-soenggoehnja, tidak bisa manoesia mendjadi besar dan moelia dalam arti kata jang sebenarnja, tidak bisa ia mendjadi berani dengan keberanian jang soetji dan oetama, kalau ada banjak barang jang ditakoeti dan disembahnja.

Keotamaan, kebesaran, kemoeliaan, dan keberanian jang sedemikian itoe, hanjalah bisa tertjapai karena “Tauhid” sahadja. Tegasnja, menetapkan lahir batin: Tidak ada sesembahan, melainkan Allah sahadja.

Ia pun mengkristalisasi ajaran Rasulullah SAW ke dalam paradigma Lima K yakni kemauan, kekuatan, kemenangan, kekuasaan, dan kemerdekaan. Cita-cita persatuannya ialah Innamal Mukminun Ihwatun dan motto juangnya adalah Billahi fi Sabilil Haq.

Tjokroaminoto memprioritaskan membangun kekuatan dari kemauan umat. Nusantara Indonesia boleh saja diduduki oleh penjajah, tetapi tidaklah berarti telah terkalahkan pula kemauan umat Islam sebagai mayoritas rakyat Indonesia. Apabila umat Islam telah bangkit kemauannya maka akan memiliki kekuatan yang tidak terhingga.

Penjajah memahami itu, bahkan merumuskan terori yang disebut dengan teori Carl von Clausewitz, On War, bahwa untuk memenangkan perang, maka yang harus diutamakan dan dijadikan target serangan adalah destruction of the enemy’s will (penghancuran kemauan lawan).

Maka dengan Sjarikat Islamnya, Tjokroaminoto berhasil membangun kemauan umat untuk melawan penjajahan Belanda. Saat ini Belanda telah pergi, namun Indonesia belum benar-benar merdeka karena masih dijajah oleh Amerika.

Lantas sekarang rakyat Indonesia maunya apa? Tunduk patuh pada Amerika atau bangkit melawan dengan menegakkan Syariah dan Khilafah?
read more →

Ternyata Negara ku masih di jajah.....belum merdeka????


Bangun tidur anda minum apa?

Aqua? (74% sahamnya milik Danone prshaan Perancis) atau Teh Sariwangi (100% saham milik Unilever Inggris.) Minum susu SGM (milik Sari Husada yg 82% sahamnya dikuasai Numico Belanda). Lalu mandi pake Lux dan Pepsodent (Unilever, Inggris). Sarapan berasnya beras impor Thailand (BULOG pun impor), gulanya jg impor (Gulaku).



Santai abis ma...kan rokoknya Sam...poerna (97% saham milik Philip Morris Amerika).
Keluar rumah naik motor/mobil buatan Jepang, Cina, India, Eropa tinggal pilih. Sampe kantor nyalain AC buatan Jepang, Korea, Cina. Pake komputer, hp (operator Indosat, XL, Telkomsel smwnya milik asing; Qatar, Singapur, Malaysia). Yuk belanja ke Carefour, punya Perancis klo gitu ke Alfamart (75% sahamnya Carefour). Bgmn dg Giant? Ini punya Dairy Farm Internasional, Malaysia pemilik yg sm dg Hero.

Malam2 iseng ke Circle K dari Amerika. Ambil ATM di BCA, Danamon, BII, Bank Niaga ah semuanya udh milik asing, walaupun namanya msh indonesia2an, trus bangun rumah pake semen 3 Roda milik heidelberg jerman 61,70 % atau gresik punya cemex meksiko, atau holcim punya Swiss,
Nntn tv nya satelit PALAPA, ada indosiar, rcti, sctv, trans dan bnyk lg yg satelitny dah djual sama ibu negara, :D, blm lg freeport dan hmpir smua kkyaan hsl tambang mlk qta di olah olh org amerika sono, dan masih bnyak lagi kalau di jabarin, .

Btw BB andapun buatan cina beda tipis dengan punya yg buatan canada,

tp sadarkah anda indonesia
saat ini masih terjajah dan belum
merdeka? Tapi tenang, minimal kita masih punya
KORUPTOR asli Indonesia, Mantapkan... :D
read more →

Hanya 38 Persen Rakyat Saudi Miliki Rumah

mediaumat.com- Tahun ini sejumlah bank komersial di Arab Saudi akan meningkatkan pembiayaan perumahan mereka tahun ini. Tahun lalu, bank menawarkan kredit perumahan bagi warga Saudi sebesar lebih dari enam miliar riyal. Demikian seperti dikutip dari harian bisnis Al-Eqtisadiah.

Statistik resmi menunjukkan hanya sekitar 38 persen rakyat Saudi yang memiliki rumah. Sumber perbankan menjelaskan jumlah tersebut merupakan yang terendah dibandingkan dengan negara maju lainnya dimana terdapat 65 hingga 75 persen warganya memiliki rumah.

"Kebanyakan bank cenderung memperluas pembiayaan perumahan untuk unit perumahan di Kerajaan," kata Wakil Presiden Pertama dan Ekonom Senior Bank Komersial Nasional Saad Al-Sheikh, seperti dikutip dari laman arabnews, Jumat (10/2).

Dia mengatakan bank di Saudi memiliki likuiditas yang cukup untuk memberikan pinjaman perumahan lebih.

"Membangun rumah pribadi tidak akan menyebabkan penurunan harga sewa," kata Al-Sheikh.

Penurunan harga sewa rumah terjadi ketika proyek pembangunan perumahan negara selesai.

Dia meyakini proyek Kementerian Perumahan yang membangun 500 ribu unit rumah dengan biaya 250 miliar riyal akan meningkatkan permintaan dan secara otomatis menurunkan harga sewa. Menurutnya, hasilnya akan terlihat setelah 2014.

Ketua Layanan Perbankan Korporasi Bank Al Jazira Khaled Al-Othman mengatakan permintaan rumah meningkat setiap tahun. Ia mengatakan, biasanya permintaan akan rumah dilakukan oleh pasangan muda yang baru menikah.

"Wajar bagi bank untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan meningkatkan pembiayaan real estate," katanya.

Al-Othman mengatakan, dinilai dari angka pada tahun sebelumnya, permintaan untuk unit perumahan sangat menjanjikan. Dia mengatakan saham banknya dalam pembiayaan perumahan tahun lalu sekitar 25 persen.[]arabnews
read more →