Beberapa waktu yang lalu, ketika ummat Islam Indonesia sedang sibuk-sibuknya memperingati maulid nabi saw. di monas, kebetulan di TV menayangkan ceramah dari seorang ‘ustadz’ dadakan. Pimpinan majelis dzikir nurussalam rupanya, sekaligus seorang pemimpin. Oya, 'Ustadz ini juga demennya nyanyi, baru-baru ini menelurkan album kesekian, persembahan untuk bangsa katanya. Hehehe.. persembahan kok pake nyanyi terus.
Dia berpesan khusus kepada para politikus khususnya dalam beretika politik maupun bersikap dan bertindak hendaknya meniru Nabi Muhammad SAW. Dalam kesempatan tersebut, ‘ustadz’ ini bercerita tentang sejarah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Tentang bagaimana beliau menghadapai setiap tantangan dan cobaan saat memimpin umatnya. Lalu mengatakan:
Masyaa Allah.., merinding saya ketika mendengar setiap kata-katanya. Dalam hati banyak sekali pertanyaan dan pernyataan yang ingin saya sampaikan. Benar, ketika orang belum tau siapa sebenarnya ‘ustadz’ tadi tentu dia akan terkagum-kagum dengan ucapan di bibir. Tapi faktanya 0 besar, semua yang diucapkan ustadz tadi tidak pernah dia kerjakan. definitely lips service.
Saya jadi berfikir, siapa yang buatin contekan ceramahnya ya? atau jangan-jangan beliau dah tobat? atau barangkali dia diprogram mengikuti bajunya ya?, kalau pakai koko dan peci ‘ngomongannya’ surga-neraka, hukum Allah dan meneladani rasulullah, kalau pakai dasi omongannya demokrasi, riba dan kebarat-baratan.
Apa Nggak Malu Kali Ya?
Apa Nggak Malu Kali Ya?
Saya jadi teringat pesan Anas bin Malik kepada Abdullah bin Umar, serta pada saya dan Anda tentang kenyataan yang begini:
Nah, sebentar lagi kabarnya Obama pun akan mengunjungi ‘ustadz’ ini, dan seperti biasa, sang ustadz pun menyiapkan pesta penyambutan yang sangat mewah untuk menunjukkan loyalitasnya pada Obama. Padahal hal semacam ini tidak pernah ditunjukkan oleh rasulullah dalam memimpin negerinya. Rasulullah bahkan tidak pernah mengajarkan ummatnya menerima musuh yang membunuhi kaummnya. Benar-benar rasulullah benar!
Sesungguhnya hakikat mencintai rasulullah bukanlah berkoar-koar meneladani rasul, mencontoh rasul, mengikuti rasul. Padahal yang paling banyak menentang ya yang ngomong itu. Mencintai rasulullah konkret, mengamalkan setiap yang dia amalkan, tolak apa yang dia tolak. Kalau rasul minta khilafah ya khilafah, kalo rasul pesen al-Qur’an dan as-Sunnah ya pake, jangan banyak alasan, jangan banyak cing-cong.
Akhirnya saya menyimpulkan, kayaknya pemimpin-pemimpin negeri ni memang dah nggak punya malu, Allahumma inni na’udzu bika min dzalik.
Orang yang berharap terus punya malu
Felix Siauw
Dia berpesan khusus kepada para politikus khususnya dalam beretika politik maupun bersikap dan bertindak hendaknya meniru Nabi Muhammad SAW. Dalam kesempatan tersebut, ‘ustadz’ ini bercerita tentang sejarah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Tentang bagaimana beliau menghadapai setiap tantangan dan cobaan saat memimpin umatnya. Lalu mengatakan:
"Kita patut belajar dan meneladani sikap dan kepribadian rasul dalam memimpin bangsa dan negaranya pada waktu itu. Marilah kita contoh pikiran-pikiran beliau, tutur kata beliau, perilaku beliau, dalam mencintai umat dan menghormati sesama manusia,"
“Dengan kepemimpinan dan kepribadiannya, Nabi Muhammad telah berhasil mengubah bangsa dan negaranya yang jahiliah (bodoh) ketika itu menjadi bangsa yang beradab. Tidak sedikit ujian dan tantangan yang dialami oleh Rasul. Namun dengan kesadaran beliau, sejarah membuktikan seberat apapun tantangan dan ujian itu bisa diatasi dengan pertolongan Allah.”
"Nabi kita adalah contoh bukan hanya bagi umat muslim, tetapi bagi pemimpin. Kepribadiannya telah berhasil mengubah masyarakat bangsa dan negaranya menjadi masyarakat yang beradab."
"Dalam membangun negeri yang penuh cobaan dan tantangan ini kita harus mencontoh Rasulullah”
Masyaa Allah.., merinding saya ketika mendengar setiap kata-katanya. Dalam hati banyak sekali pertanyaan dan pernyataan yang ingin saya sampaikan. Benar, ketika orang belum tau siapa sebenarnya ‘ustadz’ tadi tentu dia akan terkagum-kagum dengan ucapan di bibir. Tapi faktanya 0 besar, semua yang diucapkan ustadz tadi tidak pernah dia kerjakan. definitely lips service.
Saya jadi berfikir, siapa yang buatin contekan ceramahnya ya? atau jangan-jangan beliau dah tobat? atau barangkali dia diprogram mengikuti bajunya ya?, kalau pakai koko dan peci ‘ngomongannya’ surga-neraka, hukum Allah dan meneladani rasulullah, kalau pakai dasi omongannya demokrasi, riba dan kebarat-baratan.
Apa Nggak Malu Kali Ya?
Ngomongin kepribadian rasul dan cara nabi memimpin negara tapi bener-bener gak mau memimpin negara dengan cara yang diwariskan rasulullah dan berakhlak dengannya yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah, malahan nabi menegaskan bahwa mesti ada khalifah dalam kekhilafahan.
Ngomongin rasulullah telah mengubah bangsa dari jahil menjadi beradab, tapi malah menolak sistem Islam yang menjadikan beradab dan mempertahankan kejahililiyahan modern dengan demokrasi (suara rakyat suara kebenaran) itu.
Ngomongin pertolongan Allah, tapi malah menjauhkan diri dari pertolongan Allah?. betewe, emang rasulullah pernah mengizinkan riba gitu? saya sampe buka-buka kitab klasik, jangan-jangan rasul pernah mengadopsi demokrasi? pernah ucapin imlek? pernah ucapin selamat natal? dummy!
Apa Nggak Malu Kali Ya?
Saya jadi teringat pesan Anas bin Malik kepada Abdullah bin Umar, serta pada saya dan Anda tentang kenyataan yang begini:
Kami menemui para pemimpin kami, lalu mengatakan kepadanya sesuatu yang berbeda dengan yang kami katakan, tatkala kami meninggalkan mereka. Berkata (Ibn ‘Umar), “Kami biasa menyebutnya sebagai perbuatan hipokrit (nifak).” (HR.Bukhari)
Nah, sebentar lagi kabarnya Obama pun akan mengunjungi ‘ustadz’ ini, dan seperti biasa, sang ustadz pun menyiapkan pesta penyambutan yang sangat mewah untuk menunjukkan loyalitasnya pada Obama. Padahal hal semacam ini tidak pernah ditunjukkan oleh rasulullah dalam memimpin negerinya. Rasulullah bahkan tidak pernah mengajarkan ummatnya menerima musuh yang membunuhi kaummnya. Benar-benar rasulullah benar!
Dan kalian akan menjumpai seburuk-buruk manusia yang bermuka dua. Yaitu orang yang mendatangi mereka dengan satu wajah, dan mendatangi yang lain lagi dengan wajah yang berbeda (Mutafaq‘alaih).
Sesungguhnya hakikat mencintai rasulullah bukanlah berkoar-koar meneladani rasul, mencontoh rasul, mengikuti rasul. Padahal yang paling banyak menentang ya yang ngomong itu. Mencintai rasulullah konkret, mengamalkan setiap yang dia amalkan, tolak apa yang dia tolak. Kalau rasul minta khilafah ya khilafah, kalo rasul pesen al-Qur’an dan as-Sunnah ya pake, jangan banyak alasan, jangan banyak cing-cong.
Pada hari kiamat kelak, seseorang akan dibawa dan dimasukkan ke dalam neraka, lalu isi perutnya terurai keluar, dia melilitkannya layaknya himar memutar gilingnya. Para penghuni neraka pun berkumpul di dekatnya, seraya bertanya, “Hai Fulan, kenapa kamu ini? Bukankah dulu kamu memerintahkan kepada kemakrufan dan mencegah kemunkaran?” Dia menjawab, “Memang, aku dahulu telah memerintahkan kalian pada kemakrufan tetapi aku tidak melaksanakannya; dan mencegah kalian melakukan kemunkaran, sementara aku melakukannya.” (Mutafaq ‘alaih)
Akhirnya saya menyimpulkan, kayaknya pemimpin-pemimpin negeri ni memang dah nggak punya malu, Allahumma inni na’udzu bika min dzalik.
Orang yang berharap terus punya malu
Felix Siauw
0 comments: