Syabab.Com - Kehilangan Mubarak sebagai budak Amerika Serikat sangat berbahaya bagi Amerika Serikat, apalagi bila Islam politik muncul di negeri tersebut. Mubarak yang kini sedang didesak untuk mundur tersebut ternyata seorang antek dan pelayan Amerika. Ini diakui oleh oleh AS sendiri. Wakil Presiden AS Joe Biden berbicara dalam PBS NewsHour mengomentari protes besar-besar untuk menumbangkan Hosni Mubarak.
Komentar Biden rupanya tidak akan diterima dengan baik oleh lawan rezim, di mana AS masih memberikan dukungan yang teguh bagi pemerintah yang ingin mereka tumbangkan.
Puluhan orang tewas sebagai tindak kekerasan keamanan rezim untuk menghadapi para pemrotes. Sejak AS memberikan sekitar $ 1,3 juta untuk bantuan militer ke Mesir setiap tahunnya, jadilah militer Mesir menjadi budak AS. Tindakan represif aparatur negara dilihat oleh banyak orang di Mesir sebagai keeratan mereka dengan AS.
Layanan internet sedang diblokir, termasuk penggunaan pesan singkat melalui ponsel, meskipun Departemen Luar Negeri AS berulang kali menyerukan untuk mengizinkan situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter untuk tetap berjalan di Mesir.
Protes besar-besaran yang digelar usai shalat Jumat, menggiring gelombang demonstrasi publik yang belum pernah terjadi sebelumnya pekan ini untuk mengakhiri Mubarak.
Ketika host program NewsHour Jim Leher bertanya kepada Biden jika waktunya telah "datang bagi Presiden Mubarak untuk pergi?", Biden menjawab: "Tidak. Saya pikir sudah saatnya bagi Presiden Mubarak untuk mulai bergerak ke arah yang--untuk lebih responsif terhadap beberapa--kebutuhan orang-orang di luar sana."
Ketika ditanya apakan Mubarak seorang diktator, Biden menjawab: "Mubarak telah menjadi sekutu kita dalam sejumlah hal. Dan dia sangat bertanggung jawab atas itu, kerabat terhadap kepentingan geopolitik di kawan tersebut; mengupayakan perdamaian Timur Tengah, tindakan Mesir yang telah mengambil hubungan terhadap normalisasi hubungan dengan Israel... Saya tidak akan merujuk kepadanya sebagai seorang diktator."
Biden lebih lanjut menyarankan kepada sekutu dekatnya untuk tidak melakukan tindakan kekerasan dan meminta untuk melakukan dialog dengan para demonstrasi dan memenuhi tuntutan mereka.
Demikianlah, dengan jelas siapa sebenarnya Mubarak yang tidak lebih seorang diktator yang telah didukung oleh Amerika Serikat. Kejahatannya terhadap umat ini berderet dalam waktu yang sangat lama. Umat kini menyadari sang diktator tersebut tidak layak berkuasa. Umat benar-benar menantikan sebuah perubahan, dan perubahan nyata itu hanya ada ketika umat kembali kepada Islam di bawah naungan Khilafah. Tidak akan lama lagi! [m/csmonitor/syabab.com]
0 comments: