Masih ingat sama The Philosopher’s Stone yang bisa mengubah batu menjadi emas murni atau ramuanElixir yang bisa menghidupkan orang mati? Tentu, siapapun yang menyukai Novel, pembahasan yang paling eksis semenjak Harry Potter dirilis adalah pembahasan tentang sihir atau Alchemist. Lebih dari puluhan novel fiksi-ditulis tentang proses transmutasi batu menjadi emas yang dikatalisasi Philosopher’s Stone, dan terkenallah tokoh-tokohnya mulai dari Merlin the Magician, Albertus Magnus, Thomas Aquinas, Nicholas Flamel yang katanya sampai hari ini masih hidup (?), sampai Edward dan Alphonse Elric dalam Manga Fullmetal Alchemist.
Padahal, jauh sebelum itu semua, ilmuwan Islam Jabir Ibnu Hayyan (721 – 815) yang lebih dikenal sebagai Geberdalam tradisi Barat telah memulai penelitiannya tentang kimia – الكيميائ (bahasa Inggris Alchemist berasal dari sini). Beliau memberikan sumbangan besar bagi kimia, yang akan diteruskan oleh Ar-Razi (Rhazes), Al-Kindi (Alkindus) dan Ibnu Sina (Avicenna), yang kesemuanya dianggap pionir kimia, tentu saja Jabir sebagai Bapak Kimia.
Jauh pula sebelum gonjang-ganjing Alchemist, Jabir juga telah meneliti kemungkinan batu menjadi emas. Dia mengelompokkan benda menjadi 4 elemen, panas, dingin, kering dan basah. Emas misalnya dikelompokkan panas dan basah, sedangkan batu karbon dikelompokkan dingin dan kering, dan meyakini bahwa dengan mengubah elemen, maka benda bisa diubah dari satu bentuk menjadi lainnya (transmutasi). Dan dia pun meyakini bahwa transmutasi ini akan bisa terjadi apabila ada ramuan katalis yang disebut الإكسير (Elixir bahasa Inggris juga berasal dari sini)
Terlepas berhasil atau tidaknya Jabir, “beberapa abad kemudian setelah kematiannya, dalam pembangunan jalan besar di Kufah, laboratoriumnya ditemukan kembali, dan di dalamnya ditemukan sebuah mangkuk dah sebongkah emas (History of The Arabs h, 476)”. Jangan kaget, ini bukan berarti Jabir telah menemukan Philosopher’s Stone dan Elixir, tapi lebih mungkin karena beliau telah menemukan aqua regia (cairan yang dapat melarutkan logam, termasuk emas) dari asam sulfur dan asam nitrat yang dicampur dengan garam, yang masih digunakan dalam ekstraksi emas pada masa kita.
Yang perlu saya tekankan disini, bahwa di masa Islam, pembahasan tentang sains jauh dari hal bersifat magis ataupun takhayul. Ibnu Sina yang hidup abad berikutnya mengkritik para Alchemist yang percaya dengan takhayul semacam mengubah batu menjadi emas, sebagaimana yang telah dibuktikan oleh Jabir Ibnu Hayyan abad sebelumnya.
Dan bisa pula kita lihat bahwa Jabir Ibnu Hayyan dengan daya kreativitas yang luar biasa menjadikan pembahasan transmutasi dari magis menjadi sains. Dia memberikan pada kita sumbangsih besar dalam ilmu kimia, yang beliau ubah jadi magis menjadi sains pula. Beliau menyempurnakan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumennya. Beliau juga telah merintis Hukum Perbandingan Tetap yang menjadi inspirasi bagi Proust.
Tidak kurang dari 3.000 risalah ditulis beliau dalam berbagai aspek ilmu pengetahuan, dan buku-buku yang juga mempengaruhi semua ilmuwan kimia barat, diantaranya Kitab Al-Kimya, Kitab As-Sab’een (Kitab 70), Kitab Al-Tajmi’ (Kitab Konsetntrasi), sampai Kitab Ar-Rahmah (Kitab Cinta).
0 comments: